Hidup perlu
diperjuangkan
1. (Cewek
berkerudung yang duduk di kursi sambil bolak-balik buku pelajaran. Ani namanya.
Dia seorang gadis desa yang ramah. Di sampingnya didapati adiknya yang bernama
Kiran )
Kiran : Aduh, kenapa sih hidup kita sengsara terus, mbak ? Pokoknya aku mau pergi ke Jakarta, mau cari duit yang buuuanyak.
Ani : ( Tersenyum ) Kiran..kiran. Kita itu harusnya bersyukur
karena Allah masih memberi kita hidup.
Kiran : ckckckck ! Mbak
ini terlalu sabar. Kalau begini terus, kapan kita majunya ? Apa kata dunia.
Ani : Yah, memang nasib ! Sepeninggalan ayah dan ibu kita hanya
hidup berdua. Kakak pun harus bekerja sambil sekolah untuk membiayai hidup
kita. Mbak hanya ingin
kamu menjadi pintar. Ya sudah, tidur sana, besok terlambat lo !
2. (
Barry sambil menggaruk kepalanya dengan malas, dia menanti Kiran untuk
berangkat sekolah )
Barry : Mbak Ani, Kiran mana ?
Ani : Masih di rumah, Bar. Kamu tunggu sebentar lagi, pasti juga
datang. Mbak duluan ya...!
( Tak lama kemudian )
Kiran : Bar........! Tumben kamu datang pagi-pagi ? Mimpi apa semalam
?
Barry : Nggak kok, kamu aja yang kesiangan. Eh, sebentar lagi kakakmu
mau SMA dan kita kelas 3 SMP. Ngomong-ngomong kakamu mau sekolah di mana ?
Kiran : Tidak tahu...emmm...di Jakarta !
Barry : Hah ? Waduh,
apik tenan kuwi. Tapi, kamu bagaimana ?
Kiran : Ya ikut lah.
Hehehe. Ayo masuk kelas !
3.
Elfina : Pah, Elfina butuh temen ( Elfina adalah
anak saudagar kaya di Jakarta. Tetapi, dia mempunyai
trauma yang berlebihan, sehingga dia tidak bisa bebas seperti anak- anak yang lain )
P. Aldo : Fina mau Dina sama Kak Dana kesini ? Nanti papa akan telepon
mereka.
Elfina : Maksud Fina bukan mereka. Tapi temen yang lain, pah !
P. Aldo : Hmm….! Ya, papa akan usahakan nak.
4.
(
P. Aldo memutuskan untuk mengangkat satu orang anak untuk menemani Elfina. Pagi
itu, P. Aldo berkeliling desa dan tak sengaja bertemu dengan Kiran )
Kiran : Selamat pagi, pak. Ada yang bisa saya bantu ? Sepertinya
bapak bukan orang sini ?
P. Aldo : Oh, ya dik. Saya hanya keliling desa saja. Sumpek di Kota.
Kiran : Sumpek ? Memangnya di kota itu orangnya gede-gede ya pak ?
Kok bisa sumpek ?
P. Aldo : Adik ini lucu sekali. Maksudnya, saya lagi ada sedikit masalah di
rumah, makanya saya berkeliling
desa untuk menenangkan pikiran.
Kiran : Ow, Bapak bisa bercerita ke saya ? Siapa tau saya bisa
membantu. Tidak usah sungkan-sungkan
pak. Hehehe…
5.
Barry : Mbak, apa benar sampeyan mau sekolah di
Jakarta ? ( Tanya Barry karena penasaran
dengan perkataan Kiran tadi pagi )
Ani :
Maksud kamu apa ? Siapa yang mau sekolah di Jakarta ? Mengarang saja kamu ini.
( Tak lama kemudian, Kiran datang )
Kiran : Assalamu`alaikum. Eh Barry, kok kamu ada disini ? Mbak, ini
Pak Aldo. Pak, ini kakak saya.
P. Aldo : Senang bisa berkenalan keluarga kamu. Saya pamit pulang dulu.
Kapan-kapan, saya kesini lagi. Dan
pikirkan tawaran Bapak tadi Kiran ( Pak Aldo pulang )
Ani & : Tawaran apa Kiran ?
Barry
Kiran : Kompak banget. Mabak, Pak Aldo menawarkan aku buat bersekolah
di Jakarta mbak.
Barry : Apa ? Terus kamu mau ? Gimana sama mbak Ani ? Apa kamu gak
kasihan ?
Ani :
Mbak mengijinkan Kir, asal kamu bersungguh-sungguh.
6.
Dina : Fin, kamu bener mau mengangkat saudara
baru ?
Elfina : Ya donk ! Nanti sore, aku sama papa mau jemput dia. Kamu sama
kak Dhani mau ikut ?
Dhani : Ya deh. Aku sama Dina ikut !
Dina :
Eh, enak aja, gak mau ah ! Mendingan kan di rumah, tidur !
Dhani : Ayolah Din, kamu mau kan ? Pasti mau donk ! ( Bujuk Kak Dhani
sambil menginjak kaki Dina. Dengan
terpaksa, Dina mengangguk iya )
7.
(
Sore pun tiba. Kiran tampak senang. Dia sibuk membereskan barang-barang. Ani
dan Barry juga ikut tersenyum, meskipun tidak rela bila Kiran pergi. Tak lama
kemudian, Pak Aldo datang. Ani memeluk Kiran dengan erat sambil menangis )
Ani :
Jaga diri baik-baik Kir. Sering-sering pulang ya. Mbak sayang kamu.
Kiran : Kiran janji, nanti kalau Kiran punya uang, Mbak akan Kiran
ajak ke Jakarta, Barry juga
akan Kiran ajak.
P. Aldo : Kiran, ayo berangkat. Saya berjanji akan merawat Kiran baik-baik.
Elfina, temani Kiran !
Elfina : Ayo Kiran, kita pergi !
8.
(
Kiran sangat senang tinggal di rumah Elfina. Semua orang di rumah itu juga
baik-baik. Dia pun sekolah di SMP favorit bersama Elfina, Kak Dani dan Dina.
Selain itu, Pak Aldo juga memberi sebuah toko kecil untuk berdagang )
Dhani : Kiran, nanti sore ikut main basket yuk ! Kayaknya kamu jago
basket !
Dina :
Dina juga ikut kak, pokoknya aku mau belajar basket ( dengan tatapan menyindir Kiran )
Dhani : Aduh Dina, kok tumben kamu ? Tapi mendingan kamun di rumah aja
deh.
Dina :
Kenapa sih, sekarang kakak cuek sama Dina ? Adik kakak itu Dina, bukan anak pungut itu. ( Dina langsung pergi )
Dhani : Dina ? Apa maksud kamu ? Heh..malah pergi. Kiran, maafin Dina ya
?
Kiran : Biasa aja kak, gak apa-apa kok ! Oh ya, nanti aku gak bisa
main basket kak. Maaf ya.
9.
(
Hari demi hari pun berlalu. Kiran merasa, Dina gak suka dengannya. Sudah
berbagai macam cara dia lakukan untuk berusaha memperbaiki hubungannya dengan
Dina. Tetapi, Dina semakin tidak menyukai Kiran )
Dina :
Kenapa sih, anak pungut itu bikin susah ? Fina juga belain dia melulu.
Elfina : Din, kamu kok marah-marah gitu. Ada apa ?
Dina :
Aku gak suka sama Kiran, semenjak ada dia, kamu, Om Aldo, Kak Dhani dan
temen-temen tu jadi cuek sama aku. Apa sih hebatnya dia ? Cantik juga enggak.
Elfina : Wah, Dina iri ya ? Padahal selama ini Dina kan orangnya baik,
jujur, dan gak sombong. Kamu harus
belajar menyayangi dia, Din.
Dina :
Ya, kalau Tuhan menghendaki.
10.
(
Saat Dina, Kiran, dan Elfina mengerjakan PR bersama, tiba-tiba Elfina diajak
pergi oleh papanya.Tinngalah Kiran dan Dina berdua )
Elfina : Aku pergi dulu ya. Mau pergi sebentar sama papa. Di rumah yang
rukun ya ?
Dina :
Heh, aku udah lama pengen kamu pergi dari rumah ini. Kamu itu belagu, sok
pinter, sok aliem.
Kiran : Kamu ngomong apa sih ? Kamu disini kan juga numpang kan ?
Jadi, derajat kita itu sama. Bedanya, kamu itu keponakan Pak Aldo, sedangkan
aku orang lain.
Dina :
Heh, punya harga diri sedikit donk !
Kiran : Aku memang orang desa yang miskin. Kamu gak akan merasakan
yang namanya miskin, karna kamu
orang kaya. Aku sudah lama hidup tanpa orang tua. Jadi, jangan sekali-kali menghardik anak yatim
( Dina langsung pergi )
11.
Dhani : Kiran…Kiran…! Kamu dimana ?
Dina :
Ada apa sih kak ? Pagi-pagi udah nyari anak kunyuk itu.
Dhani : Aku gak peduli kamu benci sama Kiran. Tpi, kenapa kamu setega
ini sama dia ? Kakak gak
menyangka, adik kakak yang baik ini bisa sejahat ini. Kamu kan, yang buat Kiran pergi dari rumah ?
Dina
: Apa ? Kiran pergi dari rumah ? Hahaha…bagus donk. Tapi kak, ini tidak ada hubungannya dengan aku.
Elfina : Apa ? Kiran pergi ? Papa, ayo kita cari Kiran. Dina, kamu
sejahat ini ?
12.
(
Semua orang pergi mencari Kiran. Tinggal Dina di rumah sendirian. Dia merenung
! Kenapa orang-orang yang sayang dia, sekarang berbalik membenci dia )
Dina :
Kenapa sih, semua gak peduli sama aku. Sebenarya, aku juga menyayangi Kiran, tapi dia merebut semua dari aku.
Kiran : Aku gak pernah merebut siapapun dari aku. Aku hanya inhin,
menjadi bagian dari hidup kamu.
Dina :
Sejak kapan kamu disitu ? Gara-gara kamu, semua orang bingung nyari kamu.
Kiran : Termasuk kamu ? Aku tau, sebenarnya kamu gak membenci aku.
Jika aku jadi kamu, aku
malah akan mempertahankan kasih orang dari orang yang aku sayang. Tapi, gak gini caranya.
Dina :
Kamu bener. Kiran, maafin aku ya ? Aku janji, akan menyayangi kamu.
13.
(
Akhirnya, Dina pun saar bahwa Kiran adalah anak yang baik, dan Kiran gak pernah
merebut apapun darinya )
Barry : Sepertinya, Kiran lupa mbak, sama kita. Aku kangen sama dia.
Kiran : Siapa bilang ?
Barry & : Kiran ? Ya ampun, aku kangen sama kamu.
Ani
Kiran : Aku juga. Aku pengen mbak Ani sama Barry ikut ke Jakarta.
P. Aldo : Kenapa tidak ! Mulai besok, kita semua akan tinggal di Jakarta.
Dina :
Wah, bakal rame nih.
( Dan akhirnya, mereka hidup bersama
di Jakarta. Ani, Barry dan Kiran semakin bersungguh-sungguh belajar )
0 comments:
Post a Comment